Dark Matter adalah zat misterius yang membentuk sebagian besar alam semesta, berperan penting dalam struktur galaksi dan dinamika kosmik, meskipun belum dapat terdeteksi secara langsung.
Dark Matter adalah zat misterius yang membentuk sebagian besar alam semesta, berperan penting dalam struktur galaksi dan dinamika kosmik, meskipun belum dapat terdeteksi secara langsung.

Dark matter, atau zat gelap, adalah substansi misterius yang tidak dapat dilihat secara langsung dengan teleskop. Meskipun tidak memancarkan cahaya atau energi, keberadaannya dapat dirasakan melalui pengaruh gravitasi terhadap benda-benda langit lainnya. Diperkirakan bahwa dark matter menyusun sekitar 27% dari total massa dan energi alam semesta.
Konsep dark matter pertama kali diperkenalkan oleh astronom Swiss, Fritz Zwicky, pada tahun 1933. Ia mengamati bahwa galaksi-galaksi dalam kluster Coma bergerak dengan kecepatan yang terlalu tinggi untuk dapat dijelaskan hanya dengan massa yang terlihat. Penemuan ini menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut mengenai zat misterius ini.
Sejak penemuan awal ini, banyak astronom dan fisikawan telah melakukan penelitian untuk memahami lebih dalam tentang dark matter. Pada tahun 1970-an, Vera Rubin melakukan pengamatan pada rotasi galaksi spiral yang menunjukkan bahwa kecepatan rotasi galaksi tidak sesuai dengan massa yang terlihat, semakin memperkuat teori tentang dark matter.
Dark matter berperan penting dalam pembentukan struktur alam semesta. Ia memberikan gravitasi yang diperlukan untuk mengikat galaksi-galaksi dan kluster galaksi bersama-sama. Tanpa adanya dark matter, galaksi-galaksi tidak akan memiliki cukup gravitasi untuk tetap terikat, dan alam semesta kita akan terlihat sangat berbeda.
Dark matter juga mempengaruhi evolusi galaksi dengan menyediakan kerangka kerja di mana materi biasa dapat berkumpul dan membentuk bintang serta planet. Proses ini sangat penting dalam pembentukan struktur besar di alam semesta.
Bukti keberadaan dark matter berasal dari berbagai pengamatan astronomi. Salah satu bukti paling kuat adalah pengamatan terhadap lensa gravitasi, di mana cahaya dari objek jauh dibelokkan oleh gravitasi dark matter di depan objek tersebut. Selain itu, pengukuran radiasi kosmik latar belakang juga menunjukkan adanya lebih banyak massa daripada yang terlihat.
Observasi terhadap galaksi-galaksi yang berputar juga memberikan bukti bahwa ada lebih banyak massa yang tidak terlihat. Kecepatan rotasi galaksi yang tinggi menunjukkan bahwa ada massa tambahan yang memberikan gravitasi, yaitu dark matter.
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan sifat dan komposisi dark matter. Salah satu teori yang paling umum adalah bahwa dark matter terdiri dari partikel-partikel subatom yang belum ditemukan, seperti Weakly Interacting Massive Particles (WIMPs) atau axions.
Selain teori partikel, ada juga teori alternatif yang mencoba menjelaskan fenomena yang sama tanpa memerlukan dark matter, seperti modifikasi hukum gravitasi Newton. Namun, hingga saat ini, teori dark matter tetap menjadi penjelasan yang paling diterima di kalangan ilmuwan.
Dark matter adalah zat misterius yang memiliki pengaruh besar terhadap struktur dan evolusi alam semesta. Meskipun tidak dapat dilihat secara langsung, bukti-bukti keberadaannya sangat kuat dan terus diperkuat oleh penelitian astronomi. Memahami dark matter adalah kunci untuk mengungkap banyak misteri yang masih tersisa dalam kosmologi dan fisika partikel.